MAKALAH
SISTEM
DISTRIBUSI AIR MINUM KECAMATAN PERINGGA BAYA
OLEH
:
NAMA : BQ SITI MUTAJARIDAH
NIM :
(1501060001)
FAKULTAS
TEKNIK
PRODI
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA
TENGGARA BARAT
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, yang atas rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ Distribusi air minum
kecamatan peringga baya.
Makalah ini tersusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Makalah ini berisi….
Saya menyusun makalah ini taklupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Gendewa Tunas Ranca, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah, yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan pengetahuannya mengenai teorinya selama ini.
memberikan bimbingan, pengarahan dan pengetahuannya mengenai teorinya selama ini.
2. Rekan-rekan Teknik Lingkungan terimakasih atas bantuan dan kerjasama
yang telah
diberikan selama ini.
diberikan selama ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun juga
membutuhkan kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa maupun dosen supaya
makalah ini menjadi sempurna.
saya berharap makalah ini
dapat dimanfaatkan sebagai referensi oleh mahasiswa Teknik Lingkungan dalam
menggali ilmu pengetahuan di bidang ini.
Mataram,
05 juli 2017
Penyusu( bq siti mutajariah)
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
DAFTAR
ISI .............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan maslah ............................................................................................ 2
C. Tujuan penulisan ............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Pengertian
system distribusi air minum .................................. 3
B.
Sistem transmisi dan distribusi ............................................... 4
C.
Elevasi Muka Tanah Guna Membuat Profil Hidrolis
Saluran. 5
D.
Langkah Perencanaan Saluran Air Limbah
............................ 6
E.
Reservoir
distribusi air minum…………................................7
BAB
III PENUTUP ………………………………………………………8
A. Kesimpulan
…………………………………………………9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………10
BAB 1
PENDAHULUAN
11. Latar belakang.
Penyediaan
air bersih ystem perpipaan di Kecamatan peringga baya secara resmi mulai
dioperasikan pada tahun 1972 dimana pada saat itu Lombok timur masih berstatus
kecamatan dan hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan status.
Status yang terakhir adalah sebagai Perusahaan Daerah Air pada tahun 1993 berdasarkan Peraturan Daerah
labauan ystem No : 27 tahun 1993. Air
baku PDAM peringga baya diambil dari sumber mata air dan air permukaan. Sementara itu ystem pengolahan yang
digunakan adalah ystem pengolahan secara lengkap (packet treatment) pada air baku
air permukaan (sungai sambaliya), dengan menggunakan bahan kimia berupa
aluminium sulfat (bongkahan), soda ask (bubuk), kaporit (bubuk) dan
orthotolidine (cair). Air baku dari mata air pada umumnya mempunyai kualitas
yang sangat baik sehingga pengolahan yang digunakan hanya pengolahan sederhana.
Kecamatan peringga baya
merupakan salah satu Kecamatan di
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang keadaan
geografisnya meng-untungkan. Pemandangan alamnya yang indah, tanah yang subur,
serta cadangan air yang melimpah menjadi potensi yang dimanfaatkan dengan baik
oleh Kecamatan ini. Secara geografis, kecamatam ini berada di 115° 49,12’ 04” –
116° 20’15,62” Bujur Timur dan 8° 24’ 33,82” -8° 55’ 19” Lintang Selatan.
Dengan luas wilayah sebesar 1.053,92 Km². Sebelah utaranya berbatasan dengan
kecamatan Lombok timur, sedangkan sebelah Selatannya berbatasan dengan Samudra
Indonesia.
Sistem distribusi air minum lombuk timur yang
selanjutnya merupakan satu kesatuan ystem
fisik dan prasarana dan sarana air minum..air minum adalah air minum rumah
tangga yang melalui ystem pengelolaan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung di minum.
Sistem distribusi air minum dapat di lakukan melalui ystem jaringan perpipaan
dan bukan jariga perpipaan. Dengan jaringan perpipaan dapat meliputi :
unit air baku ,unit produksi,unit distribusi,,nit pelayanan,dan unit
pengelolaan. Bukan jaringan perpipaan dapat meliputi : sumur dangkal,sumur
pompa tangan,bak penampungan air hujan,terminal air,mobil tangkai air,instalase
air kemasan,atau bangunan pelindung mata air.
Air bersih siap minum
menjadi isu utama pemerintah baru 2014-2019 dalam mencapai target universal
yaitu akses air minum 100%. Akses air minum 100% adalah seluruh masyarakat
Indonesia mampu mendapatkan air bersih diseluruh wilayah Indonesia. Akses
penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan System Penyediaan Air Minum, air minum yang dimaksudkan adalah air
rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
B.Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan Sistem distribusi Air Minm?
2. Apa saja komponen atau bagian dari unit Sistem
Air Minum di kecamatan
perinnga baya Lombok
Timur?
C.Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
pengertian dan tujuan adanya Sistem distribusi Air Minum di
Lombok Timur.
Lombok Timur.
2. Mengetahui komponenatau bagian-bagian yang
ada pada unit Sistem
distribusi air minum.
distribusi air minum.
BAB 11
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian sistem distribusi air minum.
Sistem distribusi air minum adalah
pendistribusian atau pembagian air melalui ystem perpipaan dari bangunan
pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan (konsumen). Dalam perencanaan ystem
distribusi air bersih, beberapa ystem yang harus diperhatikan baik itu dari
kesehatan dan masuk dalam ktegori bersih dan terhindar dari kuman dan membuat
kita nyaman untuk mengonsumsinya,selain itu air minum juga harus bersih dan
segar terhindar dari jangkauan yang menakibatkan air bersih air minum itu
menjadi tercemr.
- Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani:
Daerah layanan ini meliputi wilayah
IK ( Kecamatan) atau wilayah dan antra desa-desar yang berada di sekitar
kecamatan peringga baya . Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada
kebutuhan, kemauan (minat), dan kemampuan atau tingkat ystem ekonomi
masyarakat. Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua penduduk terlayani. Mengenai Kebutuhan air adalah debit
air yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan.
Pemerintah daerah melalui Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) kecamatan peringga baya diharapkan untuk memberikan
pelayanan terbaik. Sasaran cakupan pelayanan air bersih Kota Bitung sampai
dengan tahun 2010 adalah 50% dari jumlah penduduk. Bila dibandingkan dengan
cakupan pelayanan saat ini yaitu 45,31% atau 81.835 jiwa dengan jumlah
sambungan 11.306 dari penduduk kota sebanyak 180.618 jiwa .Dengan total
kapasitas produksi 16.091,28 m3/hari, total kebutuhan air 9.820,2 m3/hari
(cakupan pelayanan saat ini) masih memadai . Kondisi fisik unit produksi masih
cukup baik sedangkan kondisi fisik unit distribusi tidak lagi berfungsi dengan
baik.
Unit produksi yang ada terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :
Bangunan penangkap air (broncaptering)
Bangunan sadap (intake)
Pipa transmisi dan Bak Pelepas Tekan (BPT)
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Packet Treatment
Bangunan Rumah Pompa dan Peralatan Pompa (Khusus IPA)
Peralatan pembubuhan bahan kimia berupa pompa dosing dan bak mom
Meter induk produksi
Menurut
data PDA kecamatan perinngga baya tahun 2009 kapasitas sumber yang ada yaitu
464,2 L/detik (jumlah total) berasal dari :
ü Danowudu I yaitu 120 L/detik
ü Danowudu II yaitu 16,3 L/detik
ü Danowudu III yaitu 6,0 L/detik
ü Kumersot I yaitu 32,2 L/detik
ü Kumersot II yaitu 24,0 L/detik
ü Air Ujang yaitu 15,4 L/detik
ü IPA Sungai Girian yaitu 200 L/detik
ü Sumur bor Pateten 1 yaitu 8,9 L/detik
ü Tendeki 1 yaitu 4,0 L/detik
ü Tendeki 2 yaitu 29,1 L/detik dll.
Peta infrastruktur jaringan pipa
Lombok timur.
Jadi
hasil pengukuran sisa tekanan di
tengah desa (sambaliya) dan daerah bertopografi tinggi (kecamatan peringga baya)
rata-rata 10 sd. 40 mka dengan debit rata-rata 0,07 sd. 0,25 L/detik, di daerah
ujung pelayanan sisa tekanan dibawah 10 mka dengan debit rata-rata 0,02 sd.
0,06 L/detik dan di daerah bertopografi paling tinggi (Kakenturan Satu) dibawah
0 mka dengan debit 0,002 sd. 0,004 L/detik. Peta jaringan pipa seperti pada
Gambar diatas.
Maka
Berdasarkan hasil simulasi Epanet untuk zona I dari 7 titik junction 85,714%
memenuhi tekanan yang disyaratkan dan dari 9 sambungan pipa 77,778% memenuhi
standar kecepatan aliran, untuk zona II dari 82 titik junction 86,585% memenuhi
tekanan yang disyaratkan dan dari 95 sambungan pipa 56,842% memenuhi standar
kecepatan aliran, untuk zona III semua titik junction memenuhi tekanan yang
disyaratkan namun dari 6 sambungan pipa hanya 16,667% memenuhi standar
kecepatan aliran.
1.2 Sistem Transmisi dan Distribusi
Pipa
transmisi dan distribusi PDAM kota kecamatan peringga baya terbagi dalam dua ystem
pengaliran yaitu gravitasi dan dengan menggunakan pompa / booster pump. Unit
ini terdiri dari :
a) Pipa
transmisi
b) Bak
Pelepas Tekan (BPT)
c) Reservoir
Distribusi
d) Pipa
Distribusi
e) Meter
Induk Distribusi
Air
bersih dari unit produksi didistribusikan ke konsumen dengan ystem gravitasi
kecuali pada daerah-daerah ketinggian (distribusi khusus) dan ujung-ujung pipa
distribusi menggunakan booster pump. Sistem distribusi air bersih PDAM
kecamatan peringga baya saat ini dibagi
dalam 6 sistem pengaliran melalui pipa Pelayanan Distribusi I s/d VI, dimana
satu sama lain saling terinterkoneksi dan dipantau / dimonitor selama 1 x 24
jam oleh petugas (Profil dan Potensi Perusahaan PDAM Lombok timur).seperti
gambar di bawah ini:
Jadi Berdasarkan Teori dan Konsep
Sistem Penyaluran Air, anonymous (2010), pada umumnya, macam-macam pipa yang
ada dan digunakan dalam perencanaan ystem distribusi air minum adalah sebagai
berikut
a.
Pipa
Primer atau Pipa Induk (Supply Main Pipe)
Pipa ini merupakan pipa yang
berfungsi membawa air minum dari instalasi pengolahan atau reservoir distribusi
ke suatu daerah pelayanan. Pipa primer ini memiliki diameter yang ystemt besar.
b. Pipa Sekunder (Arterial
Main Pipe)
Pipa sekunder merupakan pipa yang
disambungkan langsung pada pipa primer dan mempunyai diameter yang sama atau
lebih kecil dari pipa primer.
c. Pipa Tersier
Pipa ini berfungsi untuk melayani
pipa service karena pemasangan
langsung pipa servis pada pipa primer sangat tidak menguntungkan, mengingat
dapat terganggunya pengaliran air dalam pipa dan lalu lintas di daerah
pemasangan. Pipa tersier dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder atau
primer.
d. Pipa Service
Pipa servis merupakan pipa yang dihubungkan
langsung pada pipa sekunder atau tersier, yang kemudian dihubungkan pada
sambungan rumah (konsumen). Pipa ini memiliki diameter yang ystemt kecil.
Penentuan
Elevasi Muka Tanah Guna Membuat Profil Hidrolis Saluran.
Elevasi muka tanah atau ketinggian tanah pada suatu titik
dari daerah yang direncanakan didapat dari pembacaan peta (kontur daerah),
Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Kemiringan muka
tanah (slope muka tanah) dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
Dimana :
S : slope
TA :
tinggi muka tanah awal
TR :
tinggi muka tanah akhir
DA-R :
jarak awal – akhir
Penempatan saluran air limbah perlu dipertimbangkan
dengan keadaan lapangan, keamanan jaringan sistem itu sendiri dan pengaruhnya
terhadap jaringan pipa air minum yang telah ada maupun dalam
perencanaan.Kedalaman penanaman pipa minimal harus disesuaikan dengan kelas
jalan yang dilewati saluran, jenis tanah, lokasi bangunan yang akan menggunakan
fasilitas air limbah, kekuatan saluran dan diameter saluran. Secara umum
kedalaman minimum saluran adalah 1 meter, sedangkan kedalaman maksimum adalah 7
meter.
Jika penanaman lebih dari 7 meter digunakan pompa. Angka
kedalaman minimum ini dimaksudkan untuk
mengurangi kerusakan pipa akibat tekanan dari atas yang terlalu besar
terhadap pipa, sedangkan kedalaman maksimum ditetapkan untuk mempermudah
perawatan terhadap pipa dan juga mengurangi kerusakan karena faktor alam.
Oleh karna itu Penempatan saluran perlu dipertimbangkan
terhadap keamanan jaringan itu sendiri, pengaruh terhadap saluran distribusi
air minum yang ada atau pada tahap perencanaan juga pertimbangan keadaan
lapangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penempatan saluran adalah :
· Pipa service dipasang di belakang rumah, sedang pipa lainnya
dipasang ditepi jalan untuk kemungkinan pengaliran bila ada perbaikan.
· Apabila pada saat pemasangan bertemu dengan jaringan air
minum yang ada atau yang direncanakan, maka saluran air limbah harus diletakkan
0,5 meter di bawah pipa air minum.
Ø Persamaan yang digunakan untuk penanaman saluran adalah
sebagai berikut :
· Elevasi
dasar saluran awal = elevasi titik awal – kedalaman saluran awal
· Beda
Tinggi = panjang pipa
x slope
· Elevasi
dasar saluran akhir = elevasi dasar saluran awal-beda tinggi.
· Kedalaman
saluran akhir = elevasi titik
akhir-elevasi dasar saluran akhir.
1.4 Langkah
Perencanaan Saluran Air Limbah
Dasar perencanaan suatu sistem penyaluran air limbah
berpedoman pada kriteria-kriteria yang paling memungkinkan untuk dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi setempat.
Dalam perencanaan jaringan penyaluran air limbah perlu
memperhatikan:
.1 Jaringan induk mampu melayani seluruh daerah pelayanan.
2. Pengaliran air limbah harus kontinyu dalam waktu relatif singkat.
3. Keamanan saluran harus terjamin dan tidak mencemari lingkungan.
4. Besar saluran sesuai dengan kuantiyas air limbah yang dihasilkan.
5. Pemilihan ystem yang ekonomis.
6. Saluran harus tertutup untuk mencegah kontaminasi.
.1 Jaringan induk mampu melayani seluruh daerah pelayanan.
2. Pengaliran air limbah harus kontinyu dalam waktu relatif singkat.
3. Keamanan saluran harus terjamin dan tidak mencemari lingkungan.
4. Besar saluran sesuai dengan kuantiyas air limbah yang dihasilkan.
5. Pemilihan ystem yang ekonomis.
6. Saluran harus tertutup untuk mencegah kontaminasi.
Dalam perencanaan air limbah ini
diperlukan adanya beberapa kriteria sebagai dasar perencanaan. Kriteria ini
perlu ditetapkan untuk mendapatkan suatu perencanaan yang tepat dan terkondisi
pada suatu daerah tertentu. Kriteria dasar perencanaan sistem penyaluran air buangan
harus memperhatikan hal berikut:
a . Daerah
Pelayanan
Kecamatan
peringga baya secara adminsitratif mempunyai beberapa desa-desa yang terjangkau
oleh jaringan distribusi PDAM kecamatan peringga baya saat ini, kecamatan
Bitung Timur 6 kelurahan, kecamatan Bitung Tengah 13 kelurahan, kecamatan
Bitung Utara 8 kelurahan, kecamatan
Selatan (P. Lembeh) 4 kelurahan (melalui pipa bawah laut).
Daerah pelayanan Sistem Penyaluran Air Limbah disesuaikan dengan daerah pelayanan distribusi air
bersih dengan tujuan agar pada daerah yang dilayani juga akan tercapai sarana
sanitasi yang baik. Selain itu juga disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
· Tinggi rendahnya tanah sehingga dapat diketahui garis
kemiringan wilayah
· Kepadatan penduduk yang ada di wilayah tersebut
· Tata guna lahan dll.
· Kepadatan penduduk yang ada di wilayah tersebut
· Tata guna lahan dll.
b. Debit Air Limbah
Besarnya debit air limbah yang dihasilkan dapat ditentukan dengan memperhatikan :
1. Sumber air limbah
2. Besarnya pemakaian air bersih.
3. Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan dan banyaknya bahan pelengkap lainnya.
4. Curah hujan, daya serap dan keadaan air tanah.
Besarnya debit air limbah yang dihasilkan dapat ditentukan dengan memperhatikan :
1. Sumber air limbah
2. Besarnya pemakaian air bersih.
3. Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan dan banyaknya bahan pelengkap lainnya.
4. Curah hujan, daya serap dan keadaan air tanah.
Ø Hal-hal yang harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
1. Debit Air Limbah Rata-Rata Harian
Dari hasil perkiraan besarnya debit
penggunaan air bersih untuk rumah tangga, bangunan umum, institusional dan
sebagainya, tidak keseluruhannya akan mengalir sebagai air limbah. Kehilangan
ini terjadi karena adanya evaporasi, penyiraman tanaman, minum, yang besarnya
diperkirakan sebesar 15%-40%. Dengan kata lain, debit air limbah rata-rata
harian merupakan jumlah dari debit air limbah ystemt dan debit air limbah non ystemt.
Ø Untuk mencari
besarnya debit air limbah domestik dapat digunakan rumus:
Qd = (60%-85%) x q d
Ø Sedangkan untuk
mencari besarnya debit air limbah non
domestik digunakan rumus:
Qnd = (60%-85%) x q nd
Ø Sehingga
besarnya debit air limbah rata-rata per harinya adalah :
Qave = Qd + Qnd
Di mana :
Qd =
debit air limbah domestik (L/det)
Qnd
=
debit air limbah non domestik (L/det)
Qave =
debit rata-rata air limbah per hari (L/det)
q d = kebutuhan
air bersih domestik (L/orang/hari)
q nd = kebutuhan air bersih non domestik (L/orang/hari)
b.
Debit Infiltrasi Air Tanah dan Air
Hujan
Jika
digunakan ystem terpisah, harus diperhitungkan pula debit air yang masuk ke
dalam jalur perpipaan, yaitu infiltrasi air tanah dan air hujan. Infiltrasi ini
tidak dapat dihindarkan karena hal tersebut disebabkan oleh :
- Pekerjaan
sambungan pipa yang kurang sempurna.
- Jenis
material saluran dan perlengkapan yang dipakai.
- Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah.
- Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole) dari bangunan pelengkap saluran.
- Kondisi air tanah dan fluktuasi muka tanah.
- Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole) dari bangunan pelengkap saluran.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qave inf
= ( Finf x Luas Area ) / 86400
Di mana :
Qave inf = debit rata-rata infiltrasi (L/det)
Finf = faktor infiltrasi ( dari grafik average infiltration allowance)
Luas Area= luas area pelayanan (Ha)
Finf = faktor infiltrasi ( dari grafik average infiltration allowance)
Luas Area= luas area pelayanan (Ha)
Dari debit rata-rata infiltrasi, didapatkan Q peak infiltration dengan persamaan
berikut
Qpeak inf
= f peak inf x Qave inf
Dimana :
Qpeak inf = debit puncak infiltrasi (L/det)
f
peak inf = faktor peak
infiltrasi ( dari grafik peak infiltration
allowance)
c. Fluktuasi Pengaliran.
Untuk
pelanggan ystemt lainnya (HU/MCK) berdasarkan penggunaan air yang tercatat pada
bulan Desember 2009 kebutuhan air adalah 13,360 L/orang/hari, jumlah ini juga
lebih sedikit dari parameter pemakaian air untuk HU [8]. Perbedaan jumlah
kebutuhan air ystemt ini disebabkan kecenderungan masyarakat pelanggan yang
juga menggunakan sumber air lain.
Kebutuhan air non ystemt
diperhitungkan berdasarkan rata-rata penggunaan air yang tercatat pada bulan
Nopember dan Desember 2009 serta data tipikal unit konsumsi.
Fluktuasi
air limbah tergantung pada fluktuasi pemakaian air bersih. Pada waktu pemakaian
air bersih memuncak, besarnya debit air limbah pun akan meningkat. Hal yang sama
akan berlaku apabila pemakaian air bersih berada dalam debit minimum. Fluktuasi
air limbah yang perlu diperhitungkan, yaitu :
Debit air limbah rata-rata (Qr)
Qr = Qd + Qnd
Di mana: Qr =
debit air limbah rata-rata (L/det)
Qbd = debit air limbah domestik (L/det)
Qbnd = debit air limbah non domestik (L/det)
Debit air limbah puncak (Qpeak)
Qpeak =
fpeak x Qr
Di mana: Qpeak
= debit air limbah puncak (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
fpeak = ystem puncak
Debit air limbah minimum (Qmin)
Qmin =
1/5 x (P/1000)1,2 x Qr
Di mana :
Qmin =
debit air limbah minimum (L/det)
Qr = debit
air limbah rata-rata (L/det)
P = penduduk
Debit air limbah total (Qtot)
Qtot =
Qinf + Qpeak
Di mana :
Qtot = debit air limbah total
(L/det)
Qinf = debit infiltasi (L/det)
Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Perhitungan fluktuasi aliran ini penting dan berpengaruh
cukup besar pada sistem penyaluran air limbah, diantaranya adalah :
Kemungkinan terjadinya
pengendapan dalam saluran bila kecepatan alirannya terlalu lambat.
Akibat pengendapan tersebut
menyebabkan terjadinya proses pembusukan air limbah.
Diperlukan penggelontoran bila
kecepatan minimum tidak dapat lagi dicapai, sehingga air limbah akan mengendap.
1. Kecepatan Aliran
Kecepatan pengaliran dalam ystem
penyaluran air limbah harus berada dalam batasan – batasan kecepatan tertentu,
sebagai berikut :
A.Kecepatan Minimum
Kecepatan
ini didasarkan pada kemampuan pengaliran untuk memberikan daya pembilasan
sendiri saluran tersebut terhadap endapan-endapan. Kecepatan minimum yang biasa
digunakan dalam perencanaan penyaluran air limbah adalah 0,6 m/dt. Disamping itu
juga terdapat kecepatan minimum menurut kebutuhannya, misalnya :
1.
Untuk mencegah terjadinya endapan organik maka digunakan
kecepatan minimum 0,3 m/dt
2. Untuk mencegah pengendapan partikel mineral seperti pasir
dan kerikil digunakan kecepatan minimum 0,75 m/dt.
3.
Untuk saluran air limbah yang tertekan dimana pembersihan
adalah sulit dilaksanakan digunakan kecepatan minimum yang digunakan adalah 1,0
m/dt. Salah satu contoh saluran air limbah yang tertekan adalah Inverted Syphon.
1. Kecepatan Maksimum
Kecepatan
ini didasarkan pada kemampuan saluran terhadap adanya kemungkinan
gerusan-gerusan yang terjadi oleh aliran yang mengandung partikel kasar. Agar
tidak terjadi penggerusan, maka kecepatan maksimum yang diperbolehkan adalah
sekitar 2,5 – 3,0 m/dt. Meskipun harus diingat pula bahwa penggerusan yst
disebabkan karena proses alam.
e. Kedalaman Aliran dalam Saluran
Kedalaman air minimum saluran adalah 50 mm pada saat QMinimum.
Tinggi renang minimum 50 mm merupakan hasil dari penelitian yang memperhitungkan
bahwa pada kedalaman tersebut bahan limbah padat terendam seluruhnya sehingga
dalam jarak beberapa meter semuanya dapat hancur dengan segera.
f. Kemiringan Saluran Penanaman Pipa
Untuk kondisi
medan yang ystemt datar, dibutuhkan penanaman jaringan pipa dengan kemiringan
minimal yang dapat memberikan kecepatan pengaliran dengan daya pembilasan
sendiri dengan nilai kekasaran Manning,
n = 0,013 dan n = 0,015. Berikut ini diberikan Tabel 1 Slope
minimum berdasarkan diameter pipa.
Slope
Minimum Berdasarkan Diameter Pipa
Sistem Penyediaan Air Bersih adalah
suatu ystem penyediaan air bersih yang meliputi pengambilan air baku, proses
pengolahan dan reservoir serta distribusi (Depkimpraswil, 2002). Sistem distribusi
adalah jaringan perpipaan untuk mengalirkan air minum dari reservoir menuju
daerah pelayanan/ konsumen (Al-Layla,1980). Perencanaan ystem distribusi air
minum didasarkan atas dua ystem utama yaitu kebutuhan air (water demand) dan tekanan air, serta ditunjang dengan ystem
kontinuitas dan safety (keamanan).
Air yang disuplai melalui jaringan pipa distribusi, ystem pengalirannya terbagi
atas dua ystemtive pendistribusian, yaitu :
1. Continuous System (Sistem Berkelanjutan)
Pada ystem ini, suplai dan
distribusi air kepada konsumen dilaksanakan secara terus-menerus selama 24 (dua
puluh empat) jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap waktu
kuantitas air baku dapat memenuhi kebutuhan konsumsi air di daerah pelayanan.
b.
Intermittent System
Pada ystem ini air minum yang
disuplai dan didistribusikan kepada konsumen dilakukan hanya selama beberapa
jam dalam satu hari, yaitu dua sampai empat jam pada pagi dan sore hari. Sistem
ini biasanya diterapkan apabila kuantitas air dan tekanan air tidak menentu.
1.5
Reservoir Distribusi.
Reservoir
distribusi seluruhnya berjumlah 7 buah, masing-masing mempunyai fungsi berbeda
berdasarkan kondisi daerah pelayanan dan kontinuitas pelayanan. Fungsi
reservoir yang ada pada saat ini pertama sebagai reservoir balancing untuk
mengatasi fluktuasi pemakaian selama 24 jam, kedua sebagai reservoir
distributor saja dimana suplai airnya melalui pompa transmisi atau booster pump
khusus untuk daerah pelayanan dengan penjadwalan pengaliran
Ø Kehilangan Air
Jumlah
total kapasitas terpasang yaitu 454 L/detik, kapasitas produksi terdiri dari ystem
gravitasi 165,2 L/detik, ystem pompa 50,5 L/detik dan kapasitas distribusi
terdiri dari ystem gravitasi 157,2 L/detik, ystem pompa 51,1 L/detik. Dengan
total kapasitas produksi 16.091,28 m3/hari, total kebutuhan air 9.820,2 m3/hari
(cakupan pelayanan saat ini) masih memadai. Kondisi fisik unit produksi masih
cukup baik, sedangkan kondisi fisik unit distribusi tidak lagi berfungsi dengan
baik sehingga konsumen mengeluh karena PDAM tersebut dinilai tidak memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
Berdasarkan data PDAM Dua 2009 diketahui bahwa
total hasil produksi air 482.738,4 m3/bulan dan total hasil yang
didistribusikan 429.491,76 m3/bulan sedangkan total kebocoran fisik dan
kehilangan air 191.343,06 m3/bulan, dengan demikian tingkat kehilangan air
mencapai 44,55% dan kebocoran merupakan pemberi kontribusi kehilangan air
terbesar.
BAB 111
PENUTUP
a A . KESIMPULAN.
1
Kebocoran air menyebabkan tekanan
air pada pipa distribusi berkurang sehingga tidak mampu mendistribusikan air secara merata
ke seluruh wilayah pelayanan.
2
Jaringan pipa transmisi dan
distribusi sudah melebihi umur ekonomis karena sudah lebih dari 30 tahun
(dipasang sejak tahun 1966). Idealnya umur pipa yang sudah lebih dari 30 tahun
harus dilakukan revitalisasi/penggantian, agar dapat menekan tingkat kehilangan
tekanan dan kebocoran sampai dengan 20%.
3
Pada musim kemarau panjang mengalami
kekurangan suplai air. Padahal permintaan terhadap air tetap tak berkurang,
malah akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hal ini
disebabkan debit sumber menurun dan tingkat kehilangan air yang cukup tinggi.
Akibatnya kebutuhan pelayanan tidak terpenuhi secara maksimal, karena harus
dilakukan secara bergilir pada masing-masing blok pelayanan. Idealnya
distribusi air dilakukan secara kontinyu
4
Setelah pelebaran jalan letak
jaringan pipa transmisi dan distribusi, serta katup/gate valve sudah masuk
bagian badan jalan. Hal ini mengakibatkan penanggulangan kebocoran memakan
waktu yang lama. Idealnya letak jaringan pipa tersebut harus berada diluar
drainase, samping kiri atau kanan jalan dan ditanam, sesuai syarat dan
spesifikasi pemasangan pipa. Mengingat saat ini sistem pelayanan PDAM Dua
Sudara Kota Bitung kemampuannya mulai mengalami penurunan, maka untuk mengejar
cakupan pelayanan 56% sampai dengan tahun 2015 perlu dilakukan analisis dan
evaluasi kondisi eksisting sistem pipa transmisi/distribusi.
DAPTAR PUSTAKA
Hadi
Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Soepardi,Goeswono. 1983. Sifat
dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Suwardi,dkk.
2000. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Bogor:Institut Pertanian
Bogor
Agroteknologi UMPAR. 20112. Segitiga
Tekstur Tanah. www.agrotekumpar.blogspot.com
Aisyah, Ayu. 2012. Tekstur Tanah.
www.lilinkecil1610.blogspot.com
Anonim.2012.Air
Tanah.www.wikipedia.com.23 September 2012